Pages

Pare “Manis”...


"Anak-anak..., Bapak mau pergi dulu ke Hutan, untuk mencari makanan" kata Si Bapak, yang tinggal bersama dua anak lelaki di sebuah Gubuk Reyot, berdinding bilik bambu, di sebuah Desa miskin terpencil di tepi Hutan. (ilustrasi: Bapak Berbicara didepan rumahnya kepada dua anaknya)


" Pak, kalau nanti dapat makanan, Adik yang pilih duluan ya" kata Sang Adik.
"eit... nggak bisa, Abang (Kakak) dulu, Abang kan lahir duluan" kata si Abang memotong pembicaraan.
"Abang..., jangan begitu.., kamu sebagai Kakak, sebaiknya mengalah, biar adikmu yang lebih dahulu memilih, Bapak pergi dulu ya" kata Bapak.


Sejam Kemudian, Bapak pulang membawa bungkusan kain berisi dua buah-buahan,
"Maaf anak-anakku sayang, Bapak cuma mendapat dua buah, masing-masing kamu mendapat satu" kata Bapak, sambil berjalan menuju Dapur, Bapak mengambil Sambal Kacang, Kecap dan Saus yang dibeli di kota sejak sebulan yang lalu. Sementara itu, di ruang depan, terjadi perebutan giliran, antara Abang dan Adik
"Adik dulu yang memilih buahnya bang, seperti perjanjian tadi" kata Adik
"Seharusnya Abang yang memilih duluan" Kata si Abang

Si Bapak kembali ke ruang depan sambil membawa dua buah masih terbungkus kain, meletakannya di atas Meja yang terlihat cuma tonjolan saja. Abang dan Adik tidak mengetahui buah apa yang ada di bungkusan itu.

"Adik, kamu pilih buah yang sebelah kanan atau kiri?" tanya Bapak

"yang kanan Pak" kata si Adik berteriak dengan keras.

Si Bapak mengeluarkan buah sebelah kanan dari bungkusan kain.
"horeee Adik mendapat Apel Merah manis" teriak Adik meloncat kegirangan, langsung memotong Apel yang cukup besar dengan pisau dan memakannya sedikit demi sedikit agar lebih menikmati manisnya.

"Abang, kamu mendapat sisanya, buah Pare ini" kata Bapak sambil mengeluarkan buah Pare ukuran besar.

"Lho kok..., ini tidak adil.., Abang kan sudah mengalah pada Adik, tetapi malah diberi buah Pare yang rasanya pahit, berbentuknya kasar, dan pahit" kata si Abang, kecewa pada Taqdir


"Bersabarlah Abang,.., Pare itu cocok untukmu, ini Bapak sudah menyiapkan Sambal Kacang, Saus, dan Kecap. Bagi Abang yang mendapat Pare, dan ternyata Tuhan mentaqdirkanmu mendapat Pare lewat undian tadi, bisa jadi karena kamu suka makan Siomay waktu pergi ke pasar di Kota".

"Oh iya Pak...”
 kata si Abang, Abang langsung berjalan ke membawa Pare itu ke Dapur untuk merebusnya, beberapa saat kemudian, Pare selesai direbus. Si Bapak dan Abang Makan Pare bersama.

"Pak... Setelah Abang pikir-pikir ada pelajaran untuk Abang: ternyata taqdir pahit itu belum tentu pahit ya Pak, tergantung sikap kita menghadapinya" kata si Abang. sambil melahapPare "manis" dicampur kecap menjadi Siomay kesukaannya.

"Bang.., aku sudah kenyang makan sepotong Apel ini, masih ada setengah potong lagi buat Abang saja.. " kata si Adik

"hehehe.. ternyata berkat kesabaran dan rasa syukur, maka Abang mendapatkan tambahan nikmat, bisa makan Siomay dan tetap bisa makan Apel yang rasanya manis"


Pelajaran yang Bisa diambil dari cerita ini:

1. Manfaat Taat dan patuh Pada Orang Tua
2. Sebaiknya Kakak Mengalah Untuk Menang Kepada Adik Tersayang.
3. Bila Mendapat Taqdir yang pahit (buah “Pare”), dengan sikap yang terbaik, maka rasa pahit bisa menjadi manis atau nikmat, semua peristiwa bisa dibuat manis dengan bersikap, syukur dan bertindak baik (memberi “sambal” dan “kecap”), dan bila bersabar, Maka Tuhan akan memberi tambahan nikmat dan rizki (potongan “Apel” manis) yang tak disangka-sangka yang diberikan oleh Adik.

No comments:

Post a Comment