Pages

Menjaga Hubungan dengan An Nusroh

Dalam pembahasan terakhir, kami sedikit membedakan antara Ahlul an Nusrah (pemuka masyarakat secara real, tokoh agama, tokoh militer, dan pejabat berpengaruh/formal) dan Thaifah Manshurah (kelompok masyarakat yang memiliki kesiapan berperang yang tinggi/non formal). Yang mereka sama-sama merupakan an Nusroh (penolong) dalam dakwah (insya Allah).

Dari kedua hal tersebut, ada beberapa yang menjadi tolok ukur aktifitas yang paling tidak mampu mengklasifikasikan (tanpa bermaksud membedakan, red) antara Ahlul An Nusrah dengan Thaifah Manshurah. Secara faktual, banyak sekali ahlul an nusrah yang TIBA-TIBA kehilangan kekuatan secara real, dikarenakan dukungannya terhadap Islam diketahui oleh para penguasa pengkhianat Islam. Banyak kejadian di dunia Islam, penguasa memainkan peranannya untuk mengatur komposisi kekuatan ini demi menjaga stabilitas kekuasaannya. 

Alhasil, banyak sekali Ahlul An Nusrah yang meskipun memiliki pengaruh dan jejaring yang sangat luas, namun secara dejure telah kehilangan kekuatannya. Tulisan ini dimaksudkan untuk mensinergikan antara pola hubungan tripartid (gerakan, Ahlul Nusrah, dan Thaifah Manshurah) untuk menggerakkan roda revolusi.

Sedikit tulisan ini, mudah-mudaham menjadi bekal wawasan kawan-kawan dalam menjalin dua kekuatan penolong dakwah ini:

1.  Pola Pembinaan
Pola pembinaan terhadap Ahlul An Nusrah dan Thaifah Manshurah adalah berbeda. Bilamana dukungan Ahlul An Nusrah adalah dukungan total terhadap aktifitas revolusi, barangkali ada sedikit perbedaan dengan poin-poin yang disepakati dengan Thaifah Manshurah. Terlebih kegiatan Thaifah Manshurah bisa dianggap 'illegal' oleh penguasa, dikarenakan kekuatan dan ketrampilan berperang mereka serta aktifitas mereka yang berbeda dari masyarakat kebanyakan.

Terhadap Ahlul an Nusrah pula, materi yang diajarkan memiliki tujuan sama dengan materi kajian revolusi. Pemikiran, Perasaan, dan Hukum terikat dengan Islam. Ditambah dengan dukungan terhadap roda revolusi (SKS) itu sendiri.

Terhadap Thaifah Manshurah, poin poin yang disepakati paling tidak, masih diseputar pemikiran, perasaan, dan hukum yang terikat dengan Islam. Meski pada awalnya Thaifah Manshurah dimungkinkan bilamana puncak sinergi ini terjadi, pada akhirnya akan memberikan sendiri dukungannya secara total terhadap roda revolusi.

Terhadap Ahlul an Nusrah sendiri dicermati, bahwa pola pembinaan tersebut tidaklah sevulgar yang dijalankan secara umum. Kaidah yang dipakai adalah bagaimana kekuatan Ahlul an Nusrah tersebut terjaga dalam tubuh penguasa (infiltrant) sehingga tidak ada alasan bagi penguasa untuk menyingkirkannya. Ditanamkan pula terhadap Ahlul an Nusrah untuk lebih bersikap bersabar dan berhati-hati dalam bertindak ketika memberikan dukungannya terhadap aktifitas revolusi.

Dalam menjaga keberpihakan terhadap roda revolusi, dibuatlah semacam indikator-indikator keterlibatan (dukungan) Ahlul An Nusrah dalam setiap operasi revolusi yang dijalankan. Tentu tetap mengacu kepada sikap kewaspadaan dan kehati-hatian.

2. Isu dan Opini
An Nusrah (Thaifah Manshurah dan Ahlul An Nusrah) secara umum, memiliki isu yang sama terhadap Syariah dan Khilafah. Yang menjadi pembeda adalah sekedar domain aktifitas yang dijalankannya. Oleh karenanya, mengarahkan kepada satu isu dan opini (misal isu syariat dan khilafah) menciptakan sebuah sinergi domain aktifitas yang mencolok terhadap keduanya. 

Pendapat syaikh Anwar Al Awlaki kami sambut baik terhadap respeksitas beliau dalam memandang isu khilafah yang diangkat, meski perlu juga diyakini bahwa perlawanan nyata di medan pertempuran adalah sebuah potensi yang tidak mungkin dihilangkan sebagai modal pendirian khilafah. Rasul dan Para Sahabat adalah para Kesatria medan pertempuran, demikian pula aqidah yang dibangun dibawah kilatan cahaya pedang adalah kemuliaan yang tertinggi dalam Islam.

Oleh karenanya; secara umum, mencari persamaan opini dan isu merupakan hal yang terutama dalam mensinergikan An Nusrah keduanya.

3. Komunikasi
Cara penyampaian gagasan terhadap dua jenis An Nusroh adalah berbeda. Dengan latar belakang yang real, Ahlul An Nusrah memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dengan Thaifah Manshurah. Meski keduanya disatukan dengan kesamaan dalil dan kekuatan dalil yang ada.

Komunikasi terhadap Ahlul An Nusrah menyangkut dukungan realnya terhadap 3 aspek (SKS). Sedangkan terhadap Thaifah Manshurah menyangkut pemikiran, perasaan, dan hukum Islam.

Komunikasi terhadap Ahlul An Nusrah sering tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Karena penguasa pengkhianat pun memiliki banyak sekali corong telinga dan mata. Dalam beberapa kesempatan, dimungkinkan untuk senantiasa menjaga hubungan dengan Ahlul An Nusrah dengan melibatkan (menjaring) kekuatan di sekitar Ahlul An Nusrah yang setia kepadanya untuk dibina dan diraih dukungannya untuk membela Ahlul an Nusrah tersebut. 

Berbeda dengan komunikasi dengan Thaifah Manshurah. Pola hubungan yang praktis bisa dimungkinkan dan dianggap aman, karena perbedaan yang mencolok secara ideologi terhadap gerakan. Namun kekuatan aqidah dan ukhuwah menjadi faktor utama dalam menjalin komunikasi dengan Thaifah Manshurah. Dukungan dukungan praktis akan saling diberikan antara gerakan dan Thaifah Manshurah tersebut. Sehingga, pada akhirnya kekuatan dalil-lah yang diutamakan.

(kayaknya bersambung...)

Wallahu A'lam

No comments:

Post a Comment