Pages

Aki Sol Sepatu

Siang nan terik. Suasana di komplek terasa lenggang. Mungkin hari Libur sebagian keluarga memutuskan lebih nyaman bercengkrama di rumah bersama sanak family.

Tiba tiba sebuah suara memecah keheningan siang. “Sol Pattuu..”. 

Aku mendengarnya dari bilik jendela ku. 
Suara Aki.. 


Aku berfikir untuk mencari sesuatu yang bisa dijahitkan ke pada Aki. Usaha ku sia sia. Sepatu ku yang robek terakhir kemarin sudah dijahitkan oleh Tukang Sol Sepatu keliling yang lain, maaf ya Aki, aku tak menunggu Aki karena aku memerlukannya untuk ke kampus segera. 

Siang ini Aki kembali datang. 
Dengan memikul dua kotak yang setia melekat pada bahu nya. 
Dikayuhnya kaki yang berjalan dengan sedikit terpincang pincang. 

Kau mungkin akan heran jika tahu berapa usia Aki (yang aku sendiri tidak tahu nama aslinya, kami hanya memanggilnya dengan sebuah sebutan, Aki, karena begitulah ia menyebut dirinya sendiri). 

“Usia Aki sudah lewat 90 tahun tonk..” Begitu katanya pada kami siang tempo lalu. Ketika penasaran kami bertanya tentang usia nya.

“90 tahun lebih..? “ Raut keheranan bercampur kagum terpancar dari wajah dan mulut kami. 

Aku membayangkan usia kakek sepuh ku mungkin tak akan kuat berjalan mengelilingi komplek memikul kotak yang lumayan berat itu, dengan kondisi Jakarta yang terik. Kami semakin bertambah keheranan.

“Aki, sudah Istirahat aja atuh, biar anak cucu nya yang kasih duit ke Aki..”

“Duh tonk, si Aki teh ga bisa diam di rumah, aki kudu kerja tonk, kalau enggak badan aki “pegel pegel”” Katanya terkekeh, tangan keriputnya cekatan menjahit sebuah sepatu milik tetangga di depan rumah. 

“Lagi pula, Allah masih kasih Aki kesehatan, umur panjang, Aki harus mempergunakannya untuk ibadah pada Allah, nah bekerja juga kan ibadah tonk..” 

Aki yang sudah tua, namun di usia nya satu hal yang membuat ia bersyukur. Umur panjang. Sisa umur yang ingin ia gunakan untuk kebaikan, Aki tak rela jika hanya duduk di dalam rumahnya, menunggu “kucuran dana” dari anak cucu nya. 

Tak ada yang dapat mencegah seorang Aki keluar rumahnya, memikul dua kotak peralatan Sol nya, dengan kaki yang sedikit nyeri jika dipaksa berjalan, Aki nampak sedikit terpincang pincang. Namun Aki tetap menerobos sisa hari, menjemput rezeki yang Allah sediakan untuk hamba hamba –Nya yang mau berusaha.

Sebuah Profesi sederhana, namun tidak ada yang “sederhana” di mata Allah, 

bayangkan jika Aki tak keliling kampung, mencari sepatu atau sandal yang perlu diperbaiki, sudah berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk membeli sepatu/sandal baru.

Aki mengajarkan pada kami bahwa fisik tidak menjadi penghalang, di usia senja nya, Aki masih terus “berteriak”, berjalan dari lorong ke lorong, “menyapa” kami setiap hari dengan suara khas nya. “Sool Pattu…!”. 


Semoga Allah memberikan Aki kenikmatan Iman, dan kelapangan rezekiNya, diberikan kesehatan selalu.

No comments:

Post a Comment