Pages

Aku Belajar untuk Menjadi....

Aku belajar. Bukan menjadi pelangi yg penuh hiasan warna, namun aku belajar menjadi titik air yang menjadikannya ada,


Aku belajar, bukan untuk merasa, tapi agar aku dicinta. Dicinta oleh yang Maha Mencinta. Yang adil dalam menimbang segala kebaikan dan keburukan.


Aku belajar.. Untuk merelakan yang kusuka, karena begitulah ajaran para Nabi. Memberi yang paling kita sukai . Begitu cara nya memberi teladan.


Aku belajar meredam segala amarah, menarik nafas panjang, meresapi segala gerak hatiku agar tak tercampur percik bara syeitan. Dan aku akan belajar tersenyum setelah itu, sambil mengingat sebuah hadist "Laa taqhdab, falakal jannah.. Jangan kalian marah, maka bagimu Syurga".






Aku belajar untuk tidak membakar kebaikan
seperti rayap memakan kayu. Musnah, tak bersisa.
Cukup dengan mendengki, maka habislah segala potensi kebaikan.
Maka, jangan sekali kali mendekati, apalagi memelihara nya lekat dihati.
Karena ia akan berkarat nanti.


Aku belajar untuk menangis.
Walau sungguh sulit ditengah dunia yang kerap membuatmu ingin tertawa, dalam binar gemerlap dunia aku kadang lupa untuk menangis. Padahal menangis rasanya sungguh nikmat. Menangis karena Kehilangan. Menangis karena takut DIA berpaling.


Membongkar kembali peti hati. Apakah hati ini masih hidup..?
Cukup dengan bergetarnya hati ketika mendengar ayat ayatNya sebagai tanda.
Menilisik kembali jauh ke relung hatiku..


Duhai Allah..
Ternyata.. Aku jauuh berada di lorong sunyi ini.
Aku malu dengan ikrar cintaku pada-Mu..


Aku belajar untuk tertatih menapaki hidup ini,
terjal jalannya, lunglai jiwaku mengingat kapan terakhir lambung ini jauh dari peraduan untuk mengemis sebuah cinta?


Kapan terakhir aku memberi si fakir dengan tulus ikhlas karena-Mu?


Kapan terakhir aku memberi tanpa ada embel embel mengharap balasan,
dan kapan terakhir aku menyapa wajah wajah saudara saudariku
yang berjuang untuk dien ini..
Kapan...?


Rasanya sudah terlalu lama.
Satu hari di dunia, adalah ratusan tahun di akhirat kelak.
Maka,
rasanya terlalu lama membiarkan diri dalam kedzoliman.


Wahai jiwa..
Kelak kau akan kembali pada pemilikmu.
Yang menjadikanmu ada, dan kembali tiada,
kau akan menjalani segala bentuk pertanyaan pertanyaan singkat nan berat dalam hidupmu..
Sanggupkah kelak lisan ini berkata..


Allahu Rabbi..
Allah Tuhanku..
Islam agamaku,
Nabi Muhammad Rasulku,
Alqur'anul Karim kitabku..


Sanggupkah kelak..?


Sungguh merugi.
Sungguh merugi. Mereka yang memicingkan mata untuk dunia.
Dan aku, apa yg bisa kulakukan untuk mencegah nya.
Mencegah kemungkaran, atau jangan jangan, aku tengah asik didalamnya,
berperan menjadi sumber fitnah..


Tak habis, takkan habis untaian semua kata untuk cambuk hatiku.


Aku belajar, dan masih terus belajar. Hingga tubuh berkalang tanah.




**
"Tetapi hanya Allah-lah pelindungmu, dan DIA penolong yang terbaik" (Qs.Ali-Imron:150).


"Demi Jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, Maka DIA mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan,


Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya"
(Qs.Asy-Syams: 7-10)

No comments:

Post a Comment